Indira Gadis Pendiam Dibunuh 2 Orang Tak Dikenal

12 Januari 2013 Leave a Comment
Indira Shantivana (25) ditemukan tewas di rumahnya Perum Pondok Sidokare Indah Blok GG/23 Desa Sidokare, Kecamatan Sidoarjo.

Kejadian itu diketahui, Jumat (11/3) dini hari oleh Juwari (45), satpam perumahan yang curiga pada situasi rumah korban. Gerbang pagar rumah korban terbuka saat Juwari melintas depan rumah bercat hijau itu. “Saya pukul-pukul pintu gerbang namun tidak ada jawaban dari dalam,” ucapnya.


Lalu Juwari memanggil sejumlah tetangga untuk diajak masuk. Saat itulah mereka menyaksikan jenazah Indira di ruang tamu dengan kepala tertutup bantal. Mereka pun melapor ke polisi.

Sebelumnya, Juwari mengaku bertemu seorang pria keluar dari rumah korban naik motor dengan tergesa-gesa, sekitar pukul 00.15 WIB. Tak lama kemudian ia juga berpapasan dengan seorang pria gemuk yang sempat menanyakan tempat tambal ban. Karena curiga, Juwari pun mendatangi rumah Indira, yang diketemukan sudah tak bernyawa.

Kapolres Sidoarjo AKBP Edy Hermanto didampingi Kasat Reskrim AKP Ernesto Saiser menduga Indira dibunuh. “Jika melihat ada bekas luka, diduga kuat korban dibunuh,” ucap Ernesto.

Menurut sejumlah saksi, kedua pria – satu gemuk dan satu lagi kurus – itu berada di rumah Indira sejak, Kamis (10/3) sekitar pukul 21.00 WIB. Kedua pria tidak dikenal ini datang memakai sepeda motor. “Kami duga korban kenal tamunya, karena motor tamu itu diparkir di halaman dalam,” beber Ernesto.

Diduga, kedua pria itu keluar secara bergiliran sejak pukul 23.00 WIB. Yang kurus keluar lebih dulu.

Ernesto menduga, kepala korban dibentur-benturkan ke lantai. Saat ditemukan, ada bekas darah di kepala belakang. Wajah korban juga tampak lebam dan hidungnya berdarah. “Ditemukan juga bekas jeratan di lehernya dan wajahnya ditutupi bantal,” ucapnya.

Polisi belum memastikan motif pembunuhan itu, meski motor korban, L 5108 EE masih ada.

Saat kejadian, korban berada sendirian di rumahnya. Orangtua korban kebetulan berada di rumahnya yang lain, di kawasan Tambaksari Surabaya. Sehari-hari putri tunggal pasangan Sutaji (52) dan Ny Dwi (50) ini kerap seorang diri di rumah itu. “Bapaknya kadang dua hari sekali di sini, tapi kadang ibunya seminggu juga disini,” ucap seorang ibu tetangga depan rumah korban.

Otopsi korban di RS Bhayangkara Polda Jatim dilakukan, Jumat (11/3) siang sekitar pukul 01.00 WIB. Proses otopsi tuntas pada pukul 16.30 WIB.

Dari hasil otopsi, diketahui bahwa korban tewas akibat pukulan benda tumpul di kepala, khususnya di dahi dan kepala belakang kiri. Selain itu ditemukan juga luka memar di dada yang diduga akibat tindihan/injakan kaki dan bekas tali di dagu.

Dari luka-luka itu, muncul dugaan bahwa korban dihabisi saat duduk. Saat itu korban dijerat dari belakang, tetapi talinya tersangkut di dagu. Kemudian tali itu ditarik keras ke belakang hingga korban jatuh dan kepalanya membentur lantai.

Sementara itu rekan kerja korban di Mandala Multi Finance (MMF) menyatakan, jika korban tergolong karyawan yang memiliki sifat tertutup. Selama ini para rekan kerja korban tidak mengetahui apakah korban sudah memiliki pasangan atau tidak.

Sebelum korban dipindahkan ke Sidoarjo, ia menjalani pekerjaan sebagai kasir di MMF Mojosari. Di Sidoarjo korban diketahui memang tinggal seorang diri dirumahnya. Tapi beberapa waktu belakangan ini korban cukup sering ditemani rekan sekantornya. ”Ada karyawan baru perempuan yang sering diajak tidur ke rumahnya, tapi kadangkala temannya ini juga tidur di tempat kosnya sendiri. Pada saat kejadian kemarin temannya itu lagi pulang jadi korban seorang diri,” ungkap salah seorang rekan kerja korban saat ditemui di ruang forensik RS Bhayangkara Polda Jatim, Jumat (11/3) sore.

Sosok yang pendiam ini banyak sekali dikeluhkan rekan-rekannya, bahkan atasannya sendiri, Hardini Tri Astuti bingung karena Indira jarang sekali curhat. “Saya banyak mendengar kisah pribadinya justru dari rekan-rekan kerjanya,” terang Hardini.

Hardini mengaku bangga pada Indira. “Karena itu dua bulan lalu saya promosikan ke bagian akunting dan sejak 2007 dia kasir di tempat kami,” katanya.

Namun menurut Sutadji, ayah Indira, anaknya ini termasuk supel karena teman-temannya sering datang ke rumahnya di Sidoarjo. Sutadji menanggapi kemampuan anaknya dalam bersosialisasi memang sangat kuat. Bahkan ia tak segan-segan menyebut anaknya sebagai sosok yang mandiri.

“Sejak Indira bekerja saya selalu meninggalkan dia. Justru Indira yang lebih banyak menjaga ibunya ketimbang saya,” aku Sutadji.

Terakhir ia menghabiskan waktu dengan Indira hari Jumat (4/3). Saat itu mereka menghabiskan waktu di Jogjakarta, tempat kesayangan Indira. ”Awalnya saya tidak mau ikut, tapi karena Indira ikut dan memaksa saya untuk ikut akhirnya saya juga ikut,” katanya.

Sebenarnya ia tinggal bersama ibunya, Dwi Mayati Dintadiawan (50) di Sidoarjo, namun karena ibunya ada arisan di kampung akhirnya Indira ditinggal sendirian sepekan ini. Meski begitu ia mengatakan tidak mempunyai firasat apa-apa terhadap kepergian anaknya ini. “Hanya istri saya yang tak bisa tidur,” pungkasnya.

Sutadji menambahkan, sampai sekarang Sutadji belum mengetahui barang-barang apa saja yang diambil dari rumah mereka di Sidoarjo. “Saya tidak mau menganggu kerja polisi dulu,” katanya. [surya.co.id]

Postingan Menarik Lainnya :

0 komentar »

Leave your response!