Penampakan Bayangan Menyerupai Makhluk Halus ( Magetan )

23 Januari 2013 Leave a Comment
Sejak 25 Maret 2007 silam, hingga minggu pertama bulan April, warga Desa Kiringan, Kec. Takeran, Kab. Magetan, Jawa Timur, disibukkan ronda malam. Kesibukan para warga ini, bukan kerana wilayah mereka tidak aman dari pencuri. Namun, kesibukan ronda malam ini disebabkan oleh suatu hal yang berbau klenik, yakni teror genderuwo yang senang mengetuk pintu rumah warga, pas tengah malam.


Seperti yang dituturkan salah Rohmiatin, 40 tahun. Malam itu, 25 Maret, perempuan yang juga berprofesi sebagai guru sekolah dasar ini, masih menonton acara televisi bersama keluarganya hingga larut malam. Maklum saja, besok hari Minggu, Rohmiatin banyak istirahat dan tidur siang lantaran tidak pergi mengajar serta memberi les kepada anak didiknya. Maka itu, setelah suami serta putera-puterinya sudah beranjak tidur, Rohmiatin masih asyik menonton acara televisi. Karena asyiknya menonton, hingga tak disadarinya waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 wib. Namun karena matanya belum juga mengantuk, perempuan yang masih tampak cantik di usia kepala empat ini, terus memindah chanel televisi dari stasiun satu ke stasiun lainnya.

Baru setelah sekitar pukul 02.00 wib, matanya tak mau lagi diajak kompromi. Dia langsung mematikan pesawat televisi dan bermaksud beranjak tidur. Namun, tiba-tiba dari arah pintu utama terdengar suara orang yang sedang mengetuk pintu.

“Siapa ya yang tengah malam begini mau bertamu?” Pikir Rohmiatin yang tinggal di lingkungan Rt 02

Karena suara ketukan it uterus terdengar berulang-ulang, tanpa curiga dia langsung membukakan pintu. Namun saat daun pintu dibuka, tak seorangpun yang dilihatnya. Dia menebar pandangan ke kiri dan ke kanan. Tapi tetap saja tak ada siapa-siapa. Namun ketika pandangannya melihat ke arah yang sedikit jauh, dia melihat bayangan hitam besar yang berkelebat, kemudian menghilang.

Meski merasa ada sesuatu yang aneh, malam itu Rohmiatin sengaja tidak menceritakan kejadian yang dialami kepada sang suami. Baru esok harinya setelah bangun tidur, Rohmiatin bercerita kepada keluarganya,

Apakah hanya rumah Rohmiatin saja yang diteror oleh ketukan aneh ini? Ternyata tidak. Pada malam yang sama, rumah Sutiyah, 62 tahun, juga diketuk oleh sosok misterius.

Ceritanya, malam itu setelah melakukan shalat Tahajud, perempuan yang sudah mempunyai beberapa orang cucu ini tidak langsung beranjak tidur. Dia masih berdoa hingga menjelang pukul 02.00 wib dinihari. Bahkan ketika doa penutup telah dilantunkan, perempuan ini juga tidak segera beranjak tidur kembali. Tapi saat itu, dia masih duduk-duduk di ruang keluarga dengan maksud meluruskan kakinya. Saat itulah dia mendengar suara pintu rumahnya diketuk dari luar. Karena suara itu berulang-ulang, Sutiyah bergegas menuju pintu dengan maksud ingin segera membukanya.

Namun, begitu daun pintu dibuka, dia tidak melihat seorangpun yang mengetuk pintu. Baru setelah matanya memandang ke arah tepi pagar sisi barat rumahnya, di tempat itu terlihat ada sosok tinggi besar dengan tubuh berbulu lebat, serta bola matanya yang merah menyala.

Seperti yang dilihat oleh Rohmiatin, sosok ini juga hanya sekejap menampakkan wujudnya.

Rupanya, teror demi teror dari sosok aneh di desa Kiringan, tak berakhir di rumah Sutiyah. Selang beberapa hari, rumah Udlori juga diketuk oleh sosok tak dikenal. Seperti halnya saat mengetuk rumah Rohmiatin dan Sutiyah, saat mengetuk rumah Udlori, waktunya juga lepas tengah malam. Padahal, saat itu pria ini sedang tidur. Namun demi menghormati “tamu”, walau mata terasa berat, Undlori tetap beranjak dari tempat tidurnya untuk membkakan pintu. Dan lagi-lagi, seperti yang dialami oleh Rohmiatin dan Sutiyah, Udlori juga tak melihat seorang pun saat dirinya membuka pintu. Padahal, ketika dirinya melangkahkan kaki dan tinggal dua langkah dari pintu, suara ketukan itu terdengar sangat keras.

“Waktu saya menatap ke jalan di depan rumah, terlihat sosok makhluk seperti raksasa yang berbulu lebat. Mungkin itu adalah genderuwo,” cerita Udlori.

Setelah kejadian ganjil yang ketiga kalinya ini, ronda malam langsung diperketat di desa Kiringan. Namun tetap saja, para peronda kecolongan. Karena selang beberapa hari setelah rumah Udlori diketuk oleh sosok misterius, giliran rumah Rosyid yang menjadi sasaran.

Karena sudah santer tersebar berita tentang sosok aneh yang meneror warga dengan cara mengetuk pintu, saat pintu rumah diketuk-ketuk, Rosyid sengaja tidak membukanya. Mungkin karena merasa jengkel tidak mendapat respon dari tuan rumah, ketukan itu makin terdengar keras seperti orang yang sedang menggedor.

Sejak tidak mendapat respon dari Rosyid, sosok makhluk itu tidak lagi meneror warga Desa Kiringan. Padahal sebelumnya, kasus teror dari sosok aneh ini sempat menjadi atensi Kapolsek Takeran, AKP Drs. Sunarya.

Rupanya, setelah tidak mendapat perhatian di desa Kiringan, sosok ini berpindah-pindah. Yakni di Desa Sumberejo, Maospati. Bahkan saat meneror di salah satu rumah warga, yakni rumah Ran Kucir, 45 tahun, sosok ini terkesan atraktif.

Seperti yang dituturkan oleh Ran Kucir pada Misteri. Malam itu, Senin 2 April atau bertepatan dengan malam Selasa Kliwon. Bagi masyarakat Jawa, malam Selasa Kliwon yang lebih dikenal dengan nama malam Anggoro Kasih, dikenal sebagai salah satu malam yang keramat selain malam Jum’at Kliwon serta Legi. Sebagai orang kejawen, malam itu Ran Kucir sengaja melakukan tirakat di ruang tamu dengan pintu terbuka serta lampu dalam keadaan padam.

Saat itulah, ketika waktu menginjak pukul 00.00 wib, dirinya melihat sosok tinggi besar dengan bulu panjang yang memenuhi tubuhnya, berjalan dengan santainya di depan rumah. Pria pemberani ini berusaha menegur. Tapi yang ditegur, bukannya menjawab malah langsung meloncat seperti terbang menuju atap ramahnya. Karena itu, Ran Kucir berusah mengejar dengan cara melihat keatas atap. Namun begitu dirinya keluar rumah seraya menengok ke atas atap, sosok ini sudah tak menampakkan batang hidungnya.

Menurutnya lagi, tak hanya sekali saja sosok ini lewat depan rumahnya. Pada malam Jum’at Kliwon, 8 Maret yang lalu, sosok ini juga lewat depan rumahnya. Tapi saat itu, belum sempat disapa, sosok ini langsung menghilang.

“Dua kali saya melihat sosok itu. Pertama malam Jum’at Kliwon 8 Maret yang lalu, serta yang kedua pada malam Selasa Kliwon 2 April. Namun saat saya tegur, dia meloncat keatas atap,” terangnya.

Lalu, darimana sebenarnya sosok aneh yang meneror warga khususnya warga desa Kiringan ini? Serta siapa sebenarnya sosok itu?

Menurut keterangan salah seorang spiritual Takeran, Magetan yang bernama Supri, 44 tahun, sosok yang meneror warga, khususnya warga desa Kiringan, yakni sosok lelembut yang lazim disebut genderuwo. Sosok ini, masih menurut Supri yang tinggal di desa Kerik ini, tinggal tak jauh dari desa Kiringan. Tepatnya, di keduang Walisongo yang oleh warga setempat lazim disebut kedung Kalisongo.

Di kedung yang masuk wilayah desa Duyung dan merupakan tetangga desa dari desa Kiringan ini, sebenarnya ada kerajaan gaibnya yang bernama Keraton Ginonjing. Sedangkan yang bertahta di kerajaan gaib ini, yakni Holodento.

Walau sebenarnya Holodento bukan sosok lelembut berujud genderuwo, namun dirinya mempunyai rakyat dari bangsa genderuwo. Karena memang, Holodento membawahi beberapa kerajaan kecil di sekitar kedung Kalisongo.

Kerajaan gaib yang menjadi bawahan Holodento antara lain, Kedng Malem, Kedung Senu serta Tempuran. Nama-nama yang dikenal oleh warga ini, semua masuk dalam wilayah kecamatan Takeran. Namun ada yang masuk desa Duyung, ada pula yang masuk wilayah desa Madigondo.

Dan semua tempat itu, sangat dikenal angker oleh warga. Bahkan Kedung Kalisongo, pada tahun 2002 yang lalu, menewaskan empat pertapa kungkum disaat malam satu Suro. Padahal saat itu, kedalaman air Kedung Kalisongo, tak lebih dari satu meter.

Kembali ke masalah genderuwo peneror warga, masih menurut Supri, sebenarnya sosok genderuwo peneror warga ini, tak lagi diakui sebagai penghuni tetap Kedung Kaliwongo oleh Holedento.

Pasalanya, sosok genderuwo yang satu ini, pernah melakukan kesalahan besar. Yakni membuka pintu gaib kerajaan Cinonjing tanpa seijin rajanya, Holodento. Dan ini, berkaitan dengan tewasnya empat pertapa kungkum lima tahun yang lalu.

Saat itu, sebelum melakukan tapa kungkum di Kedung Kalisongon, pimpinan para pertapa kungkum yang berjumlah tujuh orang, melakukan prosesi ritual permohonan ijin. Saat prosesi ritual permohonan ijin ini, yang menerima yakni sosok genderuwo yang kini sering meneror warga tersebut.

Seharusnya, prosesi tapa kungkum di malam Satu Suro tahun 2002 yang lalu, masuknya para pertapa dari arah timur. Namun saat itu, atas ijin sosok genderuwo tersebut, dan tanpa restu dari penguasa tunggal kerajaan gaib Ginonjing, Holedento, para pertapa kungkum memulai ritualnya dari arah barat.

Hal inilah yang membuat murka Holedento. Selain memecat sosok genderuwo yang bernama Sengkeli ini dari jabatannya sebagai manggala raja, kemarahan Holedento berimbas kepada empat pertapa. Empat pertapa kungkum itu tewas karena hanyut. Padahal, seperti yang telah diterangkan di atas, saat melakukan tapa kungkum, kedalaman air Cuma sekitar satu meter.

Rupanya, setelah tidak diakui di kerajaan gaib Ginonjing, sosok genderuwo bernama Sengkili ini berulah. Yakni dengan jalan meneror warga disekiat Kedung Kalisongo. Bahkan menurut Supri, suatu saat nanti, Sengkili akan muncul kembali dengan cara yang sama.

Namun, walau begitu, tak akan membahayakan warga. Karena memang, dunianya berbeda. “Dia biasanya ya….Cuma seperti itu. Menakut-nakuti warga. Tapi yang pasti, Sengkili tidak membahayakan warga. Karena memang, dunianya berbeda. Seandainya dia tidak dipecat sebagai manggala praja keraton Ginonjing, sebenarnya dia takkan berulah. Dia hanya melampiaskan kekesalannya,” cerita Supri dengan panjang lebar.

Lalu bagaimana dengan sosok genderuwo yang meneror rumah Ran Kucir? Apakah itu juga sosok Sengkili? “Wah, kalau itu saya kurang tahu. Karena saya hanya menerawang kejadian di Kiringan saja,” ungkap pria yang enggan di foto ini. [bajulsuro.multiply.com]

Postingan Menarik Lainnya :

0 komentar »

Leave your response!