Perancis Mulai Makin Ekspansif Di Indonesia
25 Januari 2013
Leave a Comment
Pemerintah Perancis menginginkan adanya peningkatan investasi dan perdagangan dengan Indonesia. Mereka menilai kapasitas kerja sama ekonomi dengan Indonesia masih dapat ditingkatkan, terutama karena nilai perdagangan kedua negara masih terlalu kecil.
Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Industri Perancis Christine Lagarde mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Jumat (25/2/2011). Lagarde menghadiri konferensi pers bersama Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution. Ini kegiatan terakhir yang dihadiri Lagarde dalam lawatan dua harinya di Indonesia.
Menurut Lagarde, kunjungan ini merupakan yang pertama kali dilakukan seorang Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Industri Perancis ke Indonesia dalam 14 tahun terakhir. Atas dasar itu, Perancis memanfaatkannya dengan bertemu Wakil Presiden Boediono pada 24 Februari 2011 lalu dengan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan.
Dalam lawatannya ini, Lagarde membawa 40 anggota delegasi yang berasal dari pengusaha. Mereka adalah pebisnis yang bergerak di bidang peluncuran satelit peramalan cuaca dan satelit pertahanan serta transportasi, terutama kereta api. "Adapun perusahaan kami yang sudah ada di Indonesia seperti Carrefour. Kami akan menaikkan investasi di Indonesia ke level yang signifikan. Begitu juga untuk perdagangan yang masih terlalu kecil," katanya.
Dalam pertemuan dengan Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Gubernur BI Darmin Nasution, Lagarde membahas masalah stabilisasi harga pangan dunia. Lagarde meminta semua negara mewaspadai aksi spekulasi atas harga komoditas pangan.
Darmin mengatakan, hal itu disebabkan sudah banyak instrumen keuangan yang berbasiskan komoditas di pasar keuangan dalam bentuk derivatif. Itu sama sekali tidak berbasiskan kondisi pertanian fundamental. "Dengan menkeu, kami fokus pada kebijakan ekonomi dan isu finansial. Selain itu, kami juga menyinggung pengamanan pangan, pemulihan keuangan dunia, tekanan akibat perubahan iklim, dan spekulasi harga komoditas," katanya. [kompas.com]
Postingan Menarik Lainnya :
0 komentar »
Leave your response!