Seberapa Sering Kita Seharusnya Melakukan Hubungan Seks
27 Februari 2013
Leave a Comment
Istri berkata: Tapi kita baru berhubungan rabu lalu.Suami menjawab: Sayang, itu sudah tiga rabu yang lalu.
Banyak literatur yang beredar mengenai tips-tips bagaimana membumbui seks dalam pernikahan. Namun hari-hari ini, keluhan umum yang seringkali terlontar adalah “tidak cukup sering”.
Tapi sekali lagi, lihatlah siapa lagi yang mengeluh. Apakah suami selalu merasa kurang karena istri mereka tidak bersedia melakukan hubungan intim, atau wanita merasa tertekan karena mereka harus melakukan kewajiban sebagai seorang istri sementara mereka harus mencuci, memasak, antar jemput anak, mendisiplin, menghadiri pertemuan sekolah dan berbelanja?
Bahkan Alkitab atau Perjanjian Baru menyatakan bahwa seks tidak boleh ditolak atau diminta. Jika salah satu pihak tidak ingin melakukan hubungan seks, pasangannya harus menghormati hal itu. Begitu juga sebaliknya, jika salah satu pihak suka melakukan hubungan seks, maka pasangannya harus menyetujuinya. Kompromi seksual sangat dianjurkan sepanjang dilakukan secara wajar.
Mengungkap Data Statistik
Laporan statistik sangatlah bervariasi. Meskipun tidak seragam karena perbedaan geografis dan keengganan masyarakat untuk membicarakan masalah pribadi, namun data statistik tetaplah menghbur.
Sebagai contoh, sebuah laporan yang disponsori sebuah entitas Kristen, mengatakan bahwa dengan memasukkan semua kategori usia, pasangan menikah rata-rata melakukan hubungan seks dua kali dalam seminggu.
Survei lain yang dilakukan pada tahun 2003 oleh Durex mengungkapkan bahwa:
- Orang-orang melakukan seks 127 kali dalam setahun. Tentu saja laporan tersebut tidak menunjukkan apakah 127 kali itu lebih sering dilakukan saat musim dingin atau musim panas, atau setelah bertengkar.
- ¾ dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka puas dengan kehidupan seksual mereka.
- Mereka yang berasal dari Eropa Timur merupakan ras yang paling aktif secara seksual (namun tidak menunjukkan apakah orang Rusia melakukan hubungan seks lebih dari orang Hungaria atau Bulgaria, atau apakah orang Bulgaria lebih kreatif dalam kegiatan seks mereka dibandingkan orang Rusia).
- Orang Amerika di tahun 2003 melakukan seks 118 kali dalam setahun (dan sekali lagi tidak secara spesifik menunjukkan dimana, bagaimana dan dengan siapa). Tingkat frekuensi ini lebih baik di tahun 2001 – 132 kali dalam setahun.
- 48% wanita mengaku berpura-pura orgasme (lucu, namun tidak mengungkapkan presentase pria yang juga berpura-pura atau tahu bahwa istri mereka berpura-pura orgasme tapi tetap percaya kepadanya).
- Di tahun 2001, survei yang sama menyatakan bahwa pasangan menikah melakukan seks 98 kali dalam setahun.
- Percaya atau tidak, terlepas dari apa rasnya, orang-orang di seluruh dunia lebih suka keluar rumah dan bersenang-senang daripada melakukan hubungan seks.
(data statistik: Sheryl and Bob Stritof)
Mengapa Pasangan Tidak Melakukan Seks Lebih Sering
Kemungkinan penyebabnya adalah:
1. Secara Fisik
- Kelelahan akibat gila kerja – jika suami dan istri memiliki jam kerja yang panjang, hanya ada sedikit ketertarikan terhadap seks. Tuntutan pekerjaan dan tugas rumah tangga telah menguras energi mereka. Bayangkan hal ini: Suami dan istri bekerja 10 jam di kantor untuk mendapatkan gaji yang baik. Mereka pulang ke rumah dan melakukan beberapa tugas rumah tangga serta mengawasi anak-anak mengerjakan PR;
- Rutinitas dan kebosanan – setelah sekitar lima tahun menikah, masalah-masalah dalam penikahan mulai berkembang – hipotek, pembayaran kartu kredit, frustrasi di pekerjaan dan pemeliharaan rumah. Suami dan istri melakukan rutinitas rumah yang hampir tidak pernah melibatkan seks. Tahun-tahun awal pernikahan, seks dilakukan lebih sering. Frekuensi seks masih cukup tinggi selama tahun pertama sampai keempat, namun ketika masalah yang lebih mendesak muncul, seks memiliki prioritas yang lebih rendah.
- Kondisi medis – suami atau istri mengalami suatu kondisi media yang secara signifikan mengurangi gairah seks mereka, baik dari kondisi medis itu sendiri maupun dari efek obat.
2. Secara Emosional
- Pasangan mungkin memiliki perbedaan yang belum terselesaikan yang mencegah mereka dapat menikmati seks bersama-sama.
- Perilaku yang tidak sehat mengenai seks – salah satu pihak mungkin berpikir bahwa seks lebih merupakan kewajiban daripada sekedar untuk mendapatkan kesenangan.
- Perbedaan budaya dapat mempengaruhi kualitas dan frekuensi hubungan seks antara pasangan dengan pernikahan campuran.
- Masalah psikologi yang mendalam yang membuat seks menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan (contohnya adalah kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, pernah menjadi korban perkosaan atau mengalami inses di masa lalu).
Penyebab lainnya termasuk kehilangan pekerjaan, kematian anggota keluarga maupun kesulitan keuangan. Perselingkuhan juga dapat menjadi penyebab hilangnya minat untuk berhubungan intim. Masalah kepercayaan merupakan faktornya.
Jika pasangan merasa bahwa kehidupan seks mereka mempengaruhi pernikahan mereka, pasangan ini harus sepakat untuk menemui konselor atau terapis seks. Tetapi sebelum mengambil langkah tersebut, kedua belah pihak harus bersedia mengakui bahwa masalah itu memang ada dan ada keinginan yang kuat dari kedua belah pihak untuk mencari jalan keluar bagi masalah tersebut.
Manfaat Melakukan Hubungan Seks Yang Lebih Sering Di Dalam Pernikahan
Tidak ada keraguan mengenai hal ini - seks itu menyehatkan. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa pasangan yang menikah hidup lebih lama dibandingkan yang tidak menikah. Bisa jadi hal ini disebabkan adanya kekuatan dukungan dari pasangan menikah maupun dari frekuensi seks – yang dikenal sebagai tonik penangkal stres.
Manfaat lainnya adalah:
- Meningkatkan harga diri
- Kesenangan dari stimulasi fisik
- Sentuhan emosional yang lebih dekat
- Insiden penyakit yang lebih rendah
- Perbaikan postur
- Awet muda
- Penangkal stres dan kecemasan
- Meningkatkan tingkat kebugaran
Dengan mempertimbangkan manfaat seringnya melakukan hubungan seks dalam pernikahan, pasangan harus berupaya untuk mempertahankan perilaku yang sehat terhadap seks (hal ini termasuk bereksperimen dengan gaya-gaya baru dan membaca buku yang menyajikan tips menjadikan seks lebih menyenangkan dan lebih erotis).
Pasangan harus meningkatkan sensitivitas akan peluang romantis dan bersikap spontan. Semua aktivitas dan masalah sehari-hari tidak seharusnya meredamkan potensi melakukan hubungan seks.
Memang benar bahwa kelelahan merupakan sebuah realita dan tidak dapat dihindari. Intinya adalah, bagaimana pasangan dapat menyesuaikan gaya hidup mereka untuk menghindari diri mereka menjadi terlalu lelah. [source]
Postingan Menarik Lainnya :
0 komentar »
Leave your response!