, , ,

NEOLIBERALISME

25 April 2013 Leave a Comment
Neoliberalisme adalah sebuah perangkat kebijakan ekonomi yang sudah tersebar luas selama 25 tahun atau lebih. Walau kata ini jarang terdengar di Amerika, teman-teman dapat melihat efek dari neo-liberalisme disini yaitu yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.


Liberalisme dapat mengacu pada ide-ide politik, ekonomi bahkan religius. Dalam peta politik USA liberalisme telah menjadi sebuah strategi untuk menghindari konflik sosial. Ini digambarkan untuk kaum miskin dan para buruh sebagai lebih progresif dibandingkan dengan sayap kanan dan konservatif. Tapi liberalisme ekonomi berbeda dari hal di atas. Politikus konservatif yang mengatakan mereka membenci lkaum liberal – dalam artian tipe pandangan politik – sebenarnya tidak mempunyai masalah dengan liberalisme ekonomi, juga terhadap neoliberalisme.

Neo berarti kita membicarakan tentang sebuah jenis baru liberalisme. Jadi yang tua itu seperti apa? Sekolah ekonomi liberal menjadi terkenal di Eropa saat Adam Smith, seorang ekonom Inggris, menerbitkan sebuah buku pada tahun 1776 yang berjudul THE WEALTH OF NATIONS. Dia dan yang lainnya membela pandangan untuk menghilangkan intervensi pemerintah dalam hal ekonomi. Tidak ada pelarangan dalam industri manufaktur, tidak ada halangan terhadap perdagangan, tidak ada tarif, ia mengatakan; perdagangan bebas adalah jalan terbaik untuk mengembangkan ekonomi suatu bangsa. Ide semacam ini disebut liberal jika melihat tidak adanya kontrol. Aplikasi dari individualisme ini mendorong free entreprise, free competition –yang kemudian berarti, adanya kebebasan untuk pemilik modal untuk membuat keuntungan sebesar mereka mau. Liberalisme ekonomi muncul di USA dalam masa 1800 sampai awal 1900. Depresi Besar 1930 kemudian membimbing seorang pakar ekonomi terkemuka bernama John Maynard Keynes kepada sebuah teori yang mempertanyakan dan menantang liberalisme sebagai kebijakan terbaik bagi para pemilik modal. Ia mengatakan, dalam esensinya, full employment dibutuhkan oleh kapitalisme untuk berkembang dan ini hanya dapat dicapai jika pemerintah dan bank sentral melakukan campur tangan untuk meningkatkan tingkat kerja. Ide-ide ini mempunyai pengaruh besar pada Program New Deal Presiden Roosevelt – yang ternyata memang meningkatkan perikehidupan bagi banyak orang.



Pandangan yang percaya bahwa pemerintah harus menyediakan common good menjadi diterima secara luas. Tapi para krisis kapitalisme dalam 25 tahun terakhir, dengan menurunnya tingkat keuntungan mereka, memberikan inspirasi kepada para elite perusahaan untuk membangkitkan kembali liberalisme ekonomi. Ini yang membuatnya neo atau baru. Sekarang, dengan globalisasi yang pesat dari ekonomi kapitalis, kita melihat neo-liberalisme dalam skala global.



Pembacaan definisi ini yang pantas dikenang dari proses ini dilakukan oleh Subcomandante Marcos di acara Inter-continental Encounter for Humanity and Against Neo-liberalism yang di sponsori oleh Zapatista di Chiapas Agustus 1996 saat ia berkata: “ Hak yang diserahkan adalah hak untuk merubah dunia menjadi satu pusat perbelanjaan raksasa dimana mereka dapat membeli orang Indian disini, dan perempuan disana….” dan mungkin saja baginya untuk menambahkan anak-anak, immigran, pekerja atau bahkan sebuah negara seperti Meksiko secara keseluruhan.



Poin-poin utama dari Neo-liberalisme memasukkan:



1)      Kekuasaan Pasar

Pembebasan perusahaan bebas atau perusahaan pribadi dari segala macam ikatan yang dikenakan oleh pemerintah (negara) tak perduli seberapa besar kerusakan sosial  yang dihasilkan. Keterbukaan yang lebih luas terhadap perdagangan dan investasi internasional, seperti di NAFTA. Mengurangi upah dengan membubarkan Serikat Buruh dan menghapuskan hak-hak buruh yang telah dimeangkan lewat perjuangan bertahun-tahun. Tidak ada lagi pengaturan harga. Secara keseluruhan, kebebasan total atas pergerakan dari modal, barang, dan jasa. Untuk menyakinkan kita akan baiknya hal ini untuk kita, mereka mengatakan “ pasar yang tidak diatur adalah cara terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang akan menguntungkan sekali bagi semuanya.” Ini seperti Ekonomi sisi penawaran dan trickle down—tapi kenyataannya kesehjateraan itu tidak menetes terlalu banyak.

2)      Memotong Pengeluaran Publik untuk Servis Sosial

pada sektor seperti pendidikan dan sarana pemeliharaan kesehatan.

Mengurangai Jaring Pengaman Sosial bagi Kaum Miskin

Bahkan anggaran pemeliharaan jalan, jembatan, suplai air bersih – sekali lagi atas nama pengurangan peranan pemerintah. Tentu saja mereka tidak menolak subsidi dan keuntungan pajak yang diberikan pemerintah untuk dunia usaha.

3)      Deregulasi

Mengurangi regulasi-regulasi pemerintah atas segala hal yang dapat mengurang keuntungan, termasuk perlindungan terhadap alam dan lingkungan dan jaminan atas pekerjaan.

4)      Privatisasi

Menjual perusahaan, barang, dan jasa milik negara kepada investor pribadi. Termasuk didalamnya bank, industri vital, jalan raya, jalan bebas hambatan, listrik, sekolah, rumah sakit bahkan air bersih. Walaupun dalam berbagai kesempatan hal ini sering mengatasnamakan efisiensi, yang terkadang memang dibutuhkan, privatisasi selama ini terutama menimbulkan efek terkumpulnya kekayaan pada makin sedikit pihak dan membuat publik membayar lebih mahal untuk kebutuhannya.

5)      Menghapuskan konsep “Barang Publik” atau “Komunitas”

Dan menggantikannya dengan “tanggung jawab pribadi.” Mendesak orang-orang termiskin di masyarakat untuk mendapatkan solusi dari kekurangan mereka atas pemeliharaan kesehatan, pendidikan dan jaminan sosial dengan kekuatan mereka sendiri – lalu menyalahkan mereka, jika merka gagal, sebagai pemalas.



Di seluruh muka bumi, neo-liberalisme telah ditularkan oleh institusi keuangan yang kuat seperti IMF, Bank Dunia dan Inter-American Development Bank.


Postingan Menarik Lainnya :

0 komentar »

Leave your response!