, ,

Masalah yang sering timbul pada sapi laktasi

29 April 2013 Leave a Comment
Masalah yang sering timbul pada sapi laktasi
  • Mastitis
Duval (1997) menjelaskan bahwa proses infeksi pada mastitis terjadi melalui beberapa tahap, yaitu adanya kontak dengan mikroorganisme dimana sejumlah mikroorganisme mengalami multiplikasi di sekitar lubang puting (sphincter), kemudian dilanjutkan dengan masuknya mikroorganisme akibat lubang puting yang terbuka ataupun karena adanya luka (Gambar10). Tahap berikutnya, terjadi respon imun pada induk semang. Respon pertahanan pertama ditandai dengan berkumpulnya leukositleukosit untuk mengeliminasi mikroorganisme yang telah menempel pada sel-sel ambing. Apabila respon ini gagal, maka mikroorganisme akan mengalami multiplikasi dan sapi dapat memperlihatkan respon yang lain, misalnya demam.

 
Gambar 10. Jalan masuk bakteri melalui puting ambing menuju kelenjar susu (Hurley dan Morin 2000).

Hurley dan Morin (2000), menjelaskan bahwa peradangan pada ambing diawali dengan masuknya bakteri ke dalam ambing yang dilanjutkan dengan multiplikasi. Sebagai respon pertama, pembuluh darah ambing mengalami vasodilatasi dan terjadi peningkatan aliran darah pada ambing. Permeabilitas pembuluh darah meningkat disertai dengan pembentukan produk-produk inflamasi, seperti prostaglandin, leukotrine, protease dan metabolit oksigen toksik yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler ambing. Adanya filtrasi cairan ke jaringan menyebabkan kebengkakan pada ambing. Pada saat ini terjadi diapedesis, sel-sel fagosit (PMN dan makrofag) keluar dari pembuluh darah menuju jaringan yang terinfeksi dilanjutkan dengan fagositosis dan penghancuran bakteri. Tahap berikutnya, terjadi proses persembuhan jaringan.

Hurley dan Morin (2000) lebih lanjut menjelaskan, bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan kelenjar ambing untuk bertahan dari infeksi, di antaranya adalah : jaringan yang menjadi kurang efektif pada umur tua; PMN yang terlalu muda pada kelenjar dan adanya PMN yang tidak memusnahkan bakteri tapi sebaliknya malah melindungi bakteri dari proses penghancuran berikutnya. Hal lain juga disebabkan karena adanya komponen lipid pada susu yang kemungkinan menghambat reseptor Fc pada leukosit, menyebabkan degranulasi yang berlebihan dan meningkatnya gejala peradangan. Lemak dan casein susu yang tertelan oleh PMN dapat menyebabkan kegagalan PMN dalam proses ingesti bakteri. Kemampuan PMN dalam fagositosis dan membunuh bakteri juga dapat menurun pada keadaan defisiensi vitamin E atau selenium.

Pemusnahan bakteri melalui sistem oxygen respiratory burst membutuhkan oksigen yang lebih banyak, namun kadar oksigen pada susu jauh lebih rendah daripada konsentrasi oksigen dalam darah. Demikian juga glukosa sebagai sumber energi pada susu sangat rendah konsentrasinya, padahal untuk fagositosis diperlukan energi yang lebih tinggi. Di samping itu, susu mengandung komponen opsonin (seperti : imunoglobulin dan komplemen) yang relatif sedikit dan dalam susu hampir tidak ada aktivitas lisosim (Hurley and Morin 2000).

  • Ketosis

Sapi perah yang berproduksi tinggi sangat mudah menderita ketosis, suatu kondisi yang sering terjadi pada awal laktasi. Hal ini terjadi akibat metabolisme sapi yang bekerja keras untuk memproduksi susu secara terus menerus. Sapi mematabolisme lemak tubuhnya untuk memproduksi susu, menghasilkan sejumlah besar badan keton dalam liver atau hati. Hal ini dapat merusak hati dan menjadikan sapi tidak sehat.

  • Kelumpuhan

Kelumpuhan merupakan hal yang menyakitkan dan menjadi issue serius pada kesejahteraan ternak ( animal welfare). Rata-rata kelumpuhan yang terjadi pada sekelompok ternak perah di Inggris adalah 55 kasus setiap 100 ekor sapi. Sapi dengan produksi tinggi sangat rentan terhadap kelumpuhan karena penyimpangan metabolism yang terjadi.
  • Bovine Somatotropin (BST)

Bovine Somatotrophin (BST) adalah growth hormone yang dimiliki oleh sapi secara genetic dan berfungsi meningkatkan produksi susu 10 – 20 %. Penggunaan BST secara eksogen dilarang di negara-negara Uni Eropa. Namun pelarangan ini tidak berlaku bagi produk-produk daging dan susu seperti ice cream yang diimport dari negara-negara lain termasuk Amerika Serikat dimana BST tetap digunakan. Penggunaan BST yang diinjeksikan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius serta dapat meningkatkan kejadian mastitis pada penggunaan yang lama bahkan dapat terjadi gangguan pencernaan.



Postingan Menarik Lainnya :

0 komentar »

Leave your response!